google.com, pub-4375986082230734, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Banyuwangi Uji Coba Pompa Air Tenaga Surya untuk Dukung Pertanian Ramah Lingkungan

BANYUWANGI — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi kembali menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan pertanian berbasis teknologi ramah lingkungan. Terbaru, Pemkab melakukan uji coba pompa air bertenaga surya sebagai solusi irigasi berkelanjutan yang tidak bergantung pada bahan bakar minyak (BBM) maupun jaringan listrik konvensional.

Uji coba ini dilakukan di lahan pertanian milik Kelompok Tani Katelas di Desa Alasrejo, Kecamatan Wongsorejo. Teknologi ini diharapkan mampu mendukung program swasembada pangan serta menjadi langkah adaptif terhadap perubahan iklim dan krisis energi.

Strategi Adaptif Hadapi Krisis Energi dan Iklim

Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, menjelaskan bahwa pemanfaatan pompa air tenaga surya menjadi bagian dari strategi besar dalam membangun ketahanan pangan daerah. Inisiatif ini tidak hanya bertujuan mengurangi ketergantungan pada energi fosil, tetapi juga mendorong penggunaan energi bersih dan terbarukan oleh petani.

“Kita dorong petani untuk mulai memanfaatkan sumber energi yang bersih, hemat, dan terbarukan. Pompa tenaga surya ini salah satu contohnya,” ujar Ipuk.

Ia menambahkan, efisiensi energi dan umur panjang alat menjadi keunggulan utama sistem ini. Dengan teknologi tersebut, para petani dapat mengakses air irigasi secara mandiri, terutama saat musim kemarau ketika debit air sangat terbatas.

Teknologi untuk Pertanian Mandiri dan Berkelanjutan

Plt. Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, Ilham Juanda, menjelaskan bahwa uji coba ini dilakukan bekerja sama dengan salah satu produsen pompa tenaga surya. Pompa dipasang permanen dan beroperasi dengan sistem irigasi sederhana, di mana air dipompa dari sumur dangkal ke lahan pertanian.

“Kalau ini berhasil, kita akan ajukan usulan perluasan ke kelompok tani lain di Wongsorejo, bahkan ke kecamatan lain,” ungkap Ilham.

Ilham menegaskan bahwa keberhasilan proyek ini akan membuka peluang pengembangan indeks pertanaman. Petani yang semula hanya bisa menanam tiga kali setahun, diproyeksikan dapat meningkatkan intensitas tanam menjadi empat hingga lima kali.

Manfaat Langsung bagi Petani

Susanto, salah satu petani anggota Kelompok Tani Katelas, mengungkapkan manfaat nyata dari penggunaan pompa tenaga surya. Sebelumnya, ia harus mengeluarkan biaya hingga Rp4 juta untuk membeli sekitar 600 liter solar demi menyiram tanaman jagungnya. Kini, dengan energi matahari, kebutuhan tersebut dapat dipenuhi tanpa biaya operasional bahan bakar.

“Biaya operasional jadi turun drastis. Air bisa naik ke lahan tanpa kami harus mengeluarkan biaya bahan bakar,” kata Susanto.

Teknologi ini menurutnya sangat membantu terutama di musim kemarau, ketika akses air menjadi sangat terbatas namun kebutuhan air justru meningkat.

Peran Penyuluh dalam Sosialisasi dan Edukasi

Untuk memastikan alat dapat digunakan secara optimal dan berkelanjutan, para penyuluh pertanian dilibatkan secara aktif. Mereka memberikan pelatihan kepada petani terkait cara pengoperasian serta perawatan pompa tenaga surya.

Langkah ini penting agar teknologi tidak hanya dipasang sebagai simbol inovasi, tetapi benar-benar dioperasikan secara efektif dan memberi dampak nyata terhadap produktivitas pertanian.

Potensi Replikasi dan Dukungan Program Nasional

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, sektor pertanian menyumbang sekitar 13,3% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Banyuwangi. Upaya modernisasi pertanian dengan teknologi hemat energi seperti ini selaras dengan program nasional Kementerian Pertanian untuk mendorong pertanian presisi dan efisiensi sumber daya.

Selain itu, penggunaan energi surya juga mendukung target Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam memperluas bauran energi terbarukan nasional sebesar 23% pada tahun 2025.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Meski menawarkan banyak keuntungan, implementasi teknologi ini masih menghadapi tantangan. Di antaranya adalah biaya awal pemasangan yang cukup tinggi dan perlunya peningkatan literasi teknologi di kalangan petani. Oleh karena itu, Pemkab Banyuwangi berencana menggandeng lebih banyak mitra swasta dan lembaga pendukung agar teknologi ini bisa lebih mudah diakses oleh kelompok tani lainnya.

Selain ekspansi di wilayah Wongsorejo, pengembangan teknologi ini juga akan diarahkan ke daerah rawan kekeringan lainnya di Banyuwangi.

“Tujuan jangka panjangnya adalah petani Banyuwangi bisa lebih mandiri dalam hal irigasi, tanpa tergantung subsidi energi fosil,” tutur Ilham.